Senin, 19 April 2010

Resume Buku "Guru: mendidik itu melawan"

Resume Buku GURU: MENDIDIK ITU MELAWAN!
Penulis : Eko Prasetyo, Resist Book
Oleh : SK- 116575
Kelompok VII

Kemerdekaan sebuah bangsa sewajarnya bermakna bahwa bangsa tersebut adalah bangsa yang bebas, sebebas-bebasnya. Merdeka dalam menentukan pilihan jalan hidup bangsa tersebut, setiap warganya memiliki kebebasan memilih apapun yang disukai an akan dikerjakan demi kemajuan bersama namun tentu saja dengan batasan koridor aturan dan atau hukum yang ada.
Indonesia –yang katanya- sudah merdeka sejak 63 tahun yang lalu masih saja terlihat seperti bangsa terjajah. Indonesia yang katanya negara merdeka ternyata masih berkutat dengan aturan mengikat rakyatnya yang kadang kurang rasional untuk diterima. Hampir seluruh komponen bangsa yang ada di Indonesia tersentuh dengan peraturan mengikat yang tentu saja membatasi ruang gerak, mungkin hanya para pejabat yang berkuasa saja yang bebas alias kebal hukum.
Guru sebagai salah satu komponen bangsa dan penentu masa depan bangsa memiliki peran yang sangat besar dalam suatu negara, terlabih Indonesia yang masih memimpikan adanya kemajuan di masa yang akan datang. Guru yangsering diartikan sebagai sosok yang diGUgu dan ditiRU ternyata tidak cukup dihargai di negara Indonesia. Padahal Indonesia selalu mengusung jargon “bangsa yang besar adalah bangsa yang mampu menghargai jasa para pahlawannya”. Guru –yang katanya juga- adalah pahlawan tanpa tanda jasa ternyata tidak cukup dihargai juga di Indonesia.
Pada masa orde baru, guru seolah benar-benar tidak memiliki hak kebebasan. Mereka secara tidak langsung di setir dengan berbagai aturan normatif dunia pendidikan. Mulai dari buku wajib yang menjadi referensi bacaaan guru sampai pembodohan guru –yang parahnya- dengan menggunakan uang sebagai sarana “iming-iming”.
Guru yang memiliki peran besar di negaa kita memang masih mendapatkan perlakuan berbeda berdasarkan status, guru swasta, guru honorer sampai guru PNS. Ini juga menjadi salah satu upaya pembodohan guru, mereka dibuat gila jabatan dan status demi mengejar kesejahteraan keluarga. Ironis memang, sebuah negara yang mengusung menghormati guru sebagai pahlawan justru tidak memiliki cukup hormat untuk dihargai –apalagi dianggap sebagai pahlawan.
Pemikiran guru juga dibuat sempit, terpatok pada peraturan normatif pemerintah. Beberapa kasus justru memperlakukan guru secara tidak adil, mereka yang memperjuangkan haknya sebagai seorang guru yang sesungguhnya, mengajarkan lebih dari sekadar transfer informasi, bahkan membela keberadaan sekolahnya yang akan digusur dn dialihfungsikan sebagai mall juatru dianggap sebagi pemberontak yang kemudian diberikan sanksi pidana karena dianggap melawan ketentuan pemerintah.
Jika membicrakan masalah guru kepada pemerintah seolah membicarakan Jerry kepada Tom dalam serial Tom and Jerry. Dua kubu yang bertolak belakang. Seandainya pantas –mungkin- pemerintah akan melarang adanya pendidikan di luar ketetapan mereka yang sedang memimpim. Pemerintah khawatir jika guru terlalu banyak diberikan kebebasan maka akan menghancurkan mereka yang saat itu sedang memimpin.
Saat ini, masa depan bangsa ada di pundak genarasi muda yang saat ini sedang dididik oleh guru-guru bangsa ini. Semoga guru saat ini faham bahwa mendidik lebih dari sekadar transfer pengetahuan tapi harus dipahami bahwa mulai hari ini mendidik adalah menanamkan perlawanan terhadap ketidakadilan bangsa. Allahu Akbar!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar