Senin, 19 April 2010

Struktur Bumi kita

LAPISAN-LAPISAN BUMI
Bumi merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Menurut penelitian, hanya di bumi saja yang terdapat kehidupan, hal ini disebabkan bumi memiliki 3 lapisan yang menunjang kehidupan yaitu Litosfer, hidrosfer, dan atmosfer. Sebelum membahas bagian lapisan atas bumi, terlebih dahulu akan dibahas lapisan bawah bumi. Bumi memiliki beberapa bagian yaitu kerak bumi, mantel (selubung) bumi, dan inti bumi.
Kerak bumi merupakan bagian paling luar, yang paling tipis dan paling dingin dibandingkan lapisan lain. Ketebalannya mencapai 30 km. Permukaan kerak bumi terdiri atas daratan dan perairan. Di sini tempat makhluk hidup melakukan aktivitasnya, seperti lembah, gunung, hutan, sungai, lautan, dll.
Mantel (selubung) bumi berada di bawah kerak bumi. Di sini berkumpul batuan cair pijar atau magma yang sewaktu-waktu dapat keluar ke permukaan bumi ketika bumi meletus. Suhu mantel bumi berkisar 1.300oC – 1.500 oC dan makin ke bawah panasnya mencapai 3.000oC. tebal mantel bumi 2.900 km terdiri dari batuan yang mengandung silikon, oksigen, alumunium, besi, dan magnesium.
Inti bumi terdiri dari bagian inti dalam dan inti luar. Inti dalam merupakan pusat bumi dan memiliki bentuk seperto bola dengan diameter 2600 km, terdiri atas besi dan nikel padat dengan suhu 4800oC. Inti luar terdiri atas besi dan nikel cair dengan ketebalan 2200 km dan suhu mencapai 3900oC

Selain memiliki lapisan bawah, bumi juga memiliki lapisan atas, yaitu:
Litosfer
Merupakan bagian pertama sesudah bagian dalam bumi atau kerak bumi. Lapisan ini terdiri dari batuan-batuan padat dan suhunya lebih dingin dibanding suhu lapisan di bawahnya. Tebalnya tidak merata, kerak bumi daratan leboh tebal dari perairan. Batuan yang terdapat di lapisan litosfer adalah batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorfosis. Pada lapisan ini juga terjadi erosi, pelapukan, dan sedimentasi batuan.
Hidrosfer
Hidro artinya air, maka lapisan hidrosfer adalah air yang terdapat di samudra, danau, sungai, air tanah, dan uap air di udara. 71% permukaan bumi ditutupi air. Persebaran air pun tidak merata, di permukaan bumi selatan lebih banyak dibandingkan permukaan utara.
Atmosfer
Atmosfer adalah bagian bumi yang terdiri atas campuran gas.78% terdiri dari Nitrogen, dan 21% terdiri dari Oksigen, sisanya gas lain. Atmosfer juga terdiri atas partikel padat yang berasal dari debu yang diterbangkan angin, debu dari gunung berapi. Beberapa manfaat atmosfer:
memperkecil perbedaan suhu
melindungi kehidupan bumi dari jatuhnya benda langit
menyebabkan terjadinya perubahan cuaca
memperindah pemandangan

SINAR MATAHARI
Semua makhluk hidup membutuhkan sinar matahari. Manusia memanfaatkan panas dan cahaya matahari untuk berbagai keperluan, misalnya untuk berbagai keperluan, misalnya mengeringkan pakaian yang dijemur, menghangatkan ruangan, dan mengeringkan bahan makanan.
Tumbuhan hijau memerlukan cahya matahari, yaitu untuk membuat membuat makanan dalam proses fotosintesis. Hewa-hewan tertentu seperti lebah dan kupu-kupu menjadi lebih aktif di bawah sinar matahari. Jadi, matahari merupakan sumber energi utama bagi kehidupan di bumi.
Mengapa matahari memancarkan panas? Matahari merupakan bola gas pijar. Suhu pada permukaan matahari mencapai 6000oC dan suhu bagian dalamnya mencapai 16 juta oC. Permukaan matahari merupakan lautan gas yang sangat panas. Matahari juga terdiri atas Hodrogen (69,5%), Helium (28%), Karbon, Nitrogen, dan Unsur-unsur lain.

Resume Buku "Guru: mendidik itu melawan"

Resume Buku GURU: MENDIDIK ITU MELAWAN!
Penulis : Eko Prasetyo, Resist Book
Oleh : SK- 116575
Kelompok VII

Kemerdekaan sebuah bangsa sewajarnya bermakna bahwa bangsa tersebut adalah bangsa yang bebas, sebebas-bebasnya. Merdeka dalam menentukan pilihan jalan hidup bangsa tersebut, setiap warganya memiliki kebebasan memilih apapun yang disukai an akan dikerjakan demi kemajuan bersama namun tentu saja dengan batasan koridor aturan dan atau hukum yang ada.
Indonesia –yang katanya- sudah merdeka sejak 63 tahun yang lalu masih saja terlihat seperti bangsa terjajah. Indonesia yang katanya negara merdeka ternyata masih berkutat dengan aturan mengikat rakyatnya yang kadang kurang rasional untuk diterima. Hampir seluruh komponen bangsa yang ada di Indonesia tersentuh dengan peraturan mengikat yang tentu saja membatasi ruang gerak, mungkin hanya para pejabat yang berkuasa saja yang bebas alias kebal hukum.
Guru sebagai salah satu komponen bangsa dan penentu masa depan bangsa memiliki peran yang sangat besar dalam suatu negara, terlabih Indonesia yang masih memimpikan adanya kemajuan di masa yang akan datang. Guru yangsering diartikan sebagai sosok yang diGUgu dan ditiRU ternyata tidak cukup dihargai di negara Indonesia. Padahal Indonesia selalu mengusung jargon “bangsa yang besar adalah bangsa yang mampu menghargai jasa para pahlawannya”. Guru –yang katanya juga- adalah pahlawan tanpa tanda jasa ternyata tidak cukup dihargai juga di Indonesia.
Pada masa orde baru, guru seolah benar-benar tidak memiliki hak kebebasan. Mereka secara tidak langsung di setir dengan berbagai aturan normatif dunia pendidikan. Mulai dari buku wajib yang menjadi referensi bacaaan guru sampai pembodohan guru –yang parahnya- dengan menggunakan uang sebagai sarana “iming-iming”.
Guru yang memiliki peran besar di negaa kita memang masih mendapatkan perlakuan berbeda berdasarkan status, guru swasta, guru honorer sampai guru PNS. Ini juga menjadi salah satu upaya pembodohan guru, mereka dibuat gila jabatan dan status demi mengejar kesejahteraan keluarga. Ironis memang, sebuah negara yang mengusung menghormati guru sebagai pahlawan justru tidak memiliki cukup hormat untuk dihargai –apalagi dianggap sebagai pahlawan.
Pemikiran guru juga dibuat sempit, terpatok pada peraturan normatif pemerintah. Beberapa kasus justru memperlakukan guru secara tidak adil, mereka yang memperjuangkan haknya sebagai seorang guru yang sesungguhnya, mengajarkan lebih dari sekadar transfer informasi, bahkan membela keberadaan sekolahnya yang akan digusur dn dialihfungsikan sebagai mall juatru dianggap sebagi pemberontak yang kemudian diberikan sanksi pidana karena dianggap melawan ketentuan pemerintah.
Jika membicrakan masalah guru kepada pemerintah seolah membicarakan Jerry kepada Tom dalam serial Tom and Jerry. Dua kubu yang bertolak belakang. Seandainya pantas –mungkin- pemerintah akan melarang adanya pendidikan di luar ketetapan mereka yang sedang memimpim. Pemerintah khawatir jika guru terlalu banyak diberikan kebebasan maka akan menghancurkan mereka yang saat itu sedang memimpin.
Saat ini, masa depan bangsa ada di pundak genarasi muda yang saat ini sedang dididik oleh guru-guru bangsa ini. Semoga guru saat ini faham bahwa mendidik lebih dari sekadar transfer pengetahuan tapi harus dipahami bahwa mulai hari ini mendidik adalah menanamkan perlawanan terhadap ketidakadilan bangsa. Allahu Akbar!!!

Tan Malaka

Tan Malaka atau Ibrahim gelar Datuk Tan Malaka (lahir di Nagari Pandan Gadang, Suliki, Sumatera Barat, 19 Februari 1896 – meninggal di Desa Selopanggung, Kediri, Jawa Timur, 16 April 1949 pada umur 53 tahun[1]) adalah seorang aktivis pejuang nasionalis Indonesia, seorang pemimpin komunis, dan politisi yang mendirikan Partai Murba. Pejuang yang militan, radikal dan revolusioner ini banyak melahirkan pemikiran-pemikiran yang berbobot dan berperan besar dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Dengan perjuangan yang gigih maka ia dikenal sebagai tokoh revolusioner yang legendaris.
Dia kukuh mengkritik terhadap pemerintah kolonial Hindia-Belanda maupun pemerintahan republik di bawah Soekarno pasca-revolusi kemerdekaan Indonesia. Walaupun berpandangan komunis, ia juga sering terlibat konflik dengan kepemimpinan Partai Komunis Indonesia (PKI).
Tan Malaka menghabiskan sebagian besar hidupnya dalam pembuangan di luar Indonesia, dan secara tak henti-hentinya terancam dengan penahanan oleh penguasa Belanda dan sekutu-sekutu mereka. Walaupun secara jelas disingkirkan, Tan Malaka dapat memainkan peran intelektual penting dalam membangun jaringan gerakan komunis internasional untuk gerakan anti penjajahan di Asia Tenggara. Ia dinyatakan sebagai "Pahlawan revolusi nasional" melalui ketetapan parlemen dalam sebuah undang-undang tahun 1963.[rujukan?]
Tan Malaka juga seorang pendiri partai Murba, berasal dari Sarekat Islam (SI) Jakarta dan Semarang. Ia dibesarkan dalam suasana semangatnya gerakan modernis Islam Kaoem Moeda di Sumatera Barat.
Tokoh ini diduga kuat sebagai orang di belakang peristiwa penculikan Sutan Sjahrir bulan Juni 1946 oleh "sekelompok orang tak dikenal" di Surakarta sebagai akibat perbedaan pandangan perjuangan dalam menghadapi Belanda.[2]
Riwayat
Saat berumur 16 tahun, 1912, Tan Malaka dikirim ke Belanda.
Tahun 1919 ia kembali ke Indonesia dan bekerja sebagai guru disebuah perkebunan di Deli. Ketimpangan sosial yang dilihatnya di lingkungan perkebunan, antara kaum buruh dan tuan tanah menimbulkan semangat radikal pada diri Tan Malaka muda.
Tahun 1921, ia pergi ke Semarang dan bertemu dengan Semaun dan mulai terjun ke kancah politik
Saat kongres PKI 24-25 Desember 1921, Tan Malaka diangkat sebagai pimpinan partai.
Januari 1922 ia ditangkap dan dibuang ke Kupang.
Pada Maret 1922 Tan Malaka diusir dari Indonesia dan mengembara ke Berlin, Moskwa dan Belanda.
Perjuangan
Pada tahun 1921 Tan Malaka telah terjun ke dalam gelanggang politik. Dengan semangat yang berkobar dari sebuah gubuk miskin, Tan Malaka banyak mengumpulkan pemuda-pemuda komunis. Pemuda cerdas ini banyak juga berdiskusi dengan Semaun (wakil ISDV) mengenai pergerakan revolusioner dalam pemerintahan Hindia Belanda. Selain itu juga merencanakan suatu pengorganisasian dalam bentuk pendidikan bagi anggota-anggota PKI dan SI (Sarekat Islam) untuk menyusun suatu sistem tentang kursus-kursus kader serta ajaran-ajaran komunis, gerakan-gerakan aksi komunis, keahlian berbicara, jurnalistik dan keahlian memimpin rakyat. Namun pemerintahan Belanda melarang pembentukan kursus-kursus semacam itu sehingga mengambil tindakan tegas bagi pesertanya.
Melihat hal itu Tan Malaka mempunyai niat untuk mendirikan sekolah-sekolah sebagai anak-anak anggota SI untuk penciptaan kader-kader baru. Juga dengan alasan pertama: memberi banyak jalan (kepada para murid) untuk mendapatkan mata pencaharian di dunia kapitalis (berhitung, menulis, membaca, ilmu bumi, bahasa Belanda, Melayu, Jawa dan lain-lain); kedua, memberikan kebebasan kepada murid untuk mengikuti kegemaran mereka dalam bentuk perkumpulan-perkumpulan; ketiga, untuk memperbaiki nasib kaum miskin. Untuk mendirikan sekolah itu, ruang rapat SI Semarang diubah menjadi sekolah. Dan sekolah itu bertumbuh sangat cepat hingga sekolah itu semakin lama semakin besar.
Perjuangan Tan Malaka tidaklah hanya sebatas pada usaha mencerdaskan rakyat Indonesia pada saat itu, tapi juga pada gerakan-gerakan dalam melawan ketidakadilan seperti yang dilakukan para buruh terhadap pemerintahan Hindia Belanda lewat VSTP dan aksi-aksi pemogokan, disertai selebaran-selebaran sebagai alat propaganda yang ditujukan kepada rakyat agar rakyat dapat melihat adanya ketidakadilan yang diterima oleh kaum buruh.
Seperti dikatakan Tan Malaka pada pidatonya di depan para buruh “Semua gerakan buruh untuk mengeluarkan suatu pemogokan umum sebagai pernyataan simpati, apabila nanti menglami kegagalan maka pegawai yang akan diberhentikan akan didorongnya untuk berjuang dengan gigih dalam pergerakan revolusioner”.
Pergulatan Tan Malaka dengan partai komunis di dunia sangatlah jelas. Ia tidak hanya mempunyai hak untuk memberi usul-usul dan dan mengadakan kritik tetapi juga hak untuk mengucapkan vetonya atas aksi-aksi yang dilakukan partai komunis di daerah kerjanya. Tan Malaka juga harus mengadakan pengawasan supaya anggaran dasar, program dan taktik dari Komintern (Komunis Internasional) dan Profintern seperti yang telah ditentukan di kongres-kongres Moskwa diikuti oleh kaum komunis dunia. Dengan demikian tanggung-jawabnya sebagai wakil Komintern lebih berat dari keanggotaannya di PKI.
Sebagai seorang pemimpin yang masih sangat muda ia meletakkan tanggung jawab yang sangat berat pada pundaknya. Tan Malaka dan sebagian kawan-kawannya memisahkan diri dan kemudian memutuskan hubungan dengan PKI, Sardjono-Alimin-Musso.
Pemberontakan 1926 yang direkayasa dari Keputusan Prambanan yang berakibat bunuh diri bagi perjuangan nasional rakyat Indonesia melawan penjajah waktu itu. Pemberontakan 1926 hanya merupakan gejolak kerusuhan dan keributan kecil di beberapa daerah di Indonesia. Maka dengan mudah dalam waktu singkat pihak penjajah Belanda dapat mengakhirinya. Akibatnya ribuan pejuang politik ditangkap dan ditahan. Ada yang disiksa, ada yang dibunuh dan banyak yang dibuang ke Boven Digoel, Irian Jaya. Peristiwa ini dijadikan dalih oleh Belanda untuk menangkap, menahan dan membuang setiap orang yang melawan mereka, sekalipun bukan PKI. Maka perjaungan nasional mendapat pukulan yang sangat berat dan mengalami kemunduran besar serta lumpuh selama bertahun-tahun.
Tan Malaka yang berada di luar negeri pada waktu itu, berkumpul dengan beberapa temannya di Bangkok. Di ibu kota Thailand itu, bersama Soebakat dan Djamaludddin Tamin, Juni 1927 Tan Malaka memproklamasikan berdirinya Partai Republik Indonesia (PARI). Dua tahun sebelumnya Tan Malaka telah menulis "Menuju Republik Indonesia". Itu ditunjukkan kepada para pejuang intelektual di Indonesia dan di negeri Belanda. Terbitnya buku itu pertama kali di Kowloon, Hong Kong, April 1925.
Prof. Mohammad Yamin, dalam karya tulisnya "Tan Malaka Bapak Republik Indonesia" memberi komentar: "Tak ubahnya daripada Jefferson Washington merancangkan Republik Amerika Serikat sebelum kemerdekaannya tercapai atau Rizal Bonifacio meramalkan Philippina sebelum revolusi Philippina pecah…."
Madilog
Wikisource memiliki naskah sumber yang berkaitan dengan Madilog
Madilog merupakan istilah baru dalam cara berpikir, dengan menghubungkan ilmu bukti serta mengembangkan dengan jalan dan metode yang sesuai dengan akar dan urat kebudayaan Indonesia sebagai bagian dari kebudayaan dunia. Bukti adalah fakta dan fakta adalah lantainya ilmu bukti. Bagi filsafat, idealisme yang pokok dan pertama adalah budi (mind), kesatuan, pikiran dan penginderaan. Filsafat materialisme menganggap alam, benda dan realita nyata obyektif sekeliling sebagai yang ada, yang pokok dan yang pertama.
Bagi Madilog (Materialisme, Dialektika, Logika) yang pokok dan pertama adalah bukti, walau belum dapat diterangkan secara rasional dan logika tapi jika fakta sebagai landasan ilmu bukti itu ada secara konkrit, sekalipun ilmu pengetahuan secara rasional belum dapat menjelaskannya dan belum dapat menjawab apa, mengapa dan bagaimana.
Semua karya Tan Malaka dan permasalahannya didasari oleh kondisi Indonesia. Terutama rakyat Indonesia, situasi dan kondisi nusantara serta kebudayaan, sejarah lalu diakhiri dengan bagaimana mengarahkan pemecahan masalahnya. Cara tradisi nyata bangsa Indonesia dengan latar belakang sejarahnya bukanlah cara berpikir yang teoritis dan untuk mencapai Republik Indonesia sudah dia cetuskan sejak tahun 1925 lewat Naar de Republiek Indonesia.
Jika membaca karya-karya Tan Malaka yang meliputi semua bidang kemasyarakatan, kenegaraan, politik, ekonomi, sosial, kebudayaan sampai kemiliteran (Gerpolek-Gerilya-Politik dan Ekonomi, 1948), maka akan ditemukan benang putih keilmiahan dan ke-Indonesia-an serta benang merah kemandirian, sikap konsisten yang jelas dalam gagasan-gagasan serta perjuangannya.
Pahlawan
Peristiwa 3 Juli 1946 yang didahului dengan penangkapan dan penahanan Tan Malaka bersama pimpinan Persatuan Perjuangan, di dalam penjara tanpa pernah diadili selama dua setengah tahun. Setelah meletus pemberontakan FDR/PKI di Madiun, September 1948 dengan pimpinan Musso dan Amir Syarifuddin, Tan Malaka dikeluarkan begitu saja dari penjara akibat peristiwa itu.
Di luar, setelah mengevaluasi situasi yang amat parah bagi Republik Indonesia akibat Perjanjian Linggajati 1947 dan Renville 1948, yang merupakan buah dari hasil diplomasi Sutan Syahrir dan Perdana Menteri Amir Syarifuddin, Tan Malaka merintis pembentukan Partai MURBA, 7 November 1948 di Yogyakarta.
Pada tahun 1949 tepatnya bulan Februari Tan Malaka hilang tak tentu rimbanya, mati tak tentu kuburnya di tengah-tengah perjuangan bersama Gerilya Pembela Proklamasi di Pethok, Kediri, Jawa Timur. Tapi akhirnya misteri tersebut terungkap juga dari penuturan Harry A. Poeze, seorang Sejarawan Belanda yang menyebutkan bahwa Tan Malaka ditembak mati pada tanggal 21 Februari 1949 atas perintah Letda Soekotjo dari Batalyon Sikatan, Divisi Brawijaya[1].
Direktur Penerbitan Institut Kerajaan Belanda untuk Studi Karibia dan Asia Tenggara atau KITLV, Harry A Poeze kembali merilis hasil penelitiannya, bahwa Tan Malaka ditembak pasukan TNI di lereng Gunung Wilis, tepatnya di Desa Selopanggung, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri pada 21 Februari 1949.
Namun berdasarkan keputusan Presiden RI No. 53, yang ditandatangani Presiden Soekarno 28 Maret 1963 menetapkan bahwa Tan Malaka adalah seorang pahlawan kemerdekaan Nasional.

Pengakuan Kedaulatan Indonesia

Pengakuan kedaulatan negara Indonesia didahului oleh 2 perundingan yaitu perundingan Roem-Royen dan Konferensi Meja Bundar (KMB).
1. Persetujuan Roem-Royen
PBB pada tanggal 23 Maret 1949 memerintahkan UNCI (United Nation Commision for Indonesia) untuk membantu perundingan antara Indonesia dengan Belanda. Pihak Indonesia diwakili oleh Mr. Moh Roem dan pihak Belanda diwakili oleh Dr. Van Royen. Akhirnya 17 Mei 1949 tercapai persetujuan yang dikenal dengan persetujuan Roem-Royen (Roem-Royen Statement) yang berisi: pengakuan kedaulatan yang lengkap dan sungguh-sungguh kepada Indonesia Serikat tanpa syarat. Perundingan Roem Royen ditindaklanjuti dengan Konferensi Meja Bundar (KMB).
2. Konferensi Meja Bundar (KMB)
Sebelum KMB, Indonesia mengadakan rapat internal terlebih dahulu pada tanggal 19 – 22 Juli 1949 di yogyakarta, kedua tanggal 30 Juli 1949 di Jakarta tujuannya agar semua pihak setuju untuk dibentuk Republik Indonesia Serikat (RIS). Peserta perundingan terdiri dari Indonesia dan BFO (yaitu negara bagian yang dibentuk oleh Belanda di Indonesia).
Pada tanggal 23 Agustus 1949 sampai tanggal 2 november 1949, pihak Indonesia mengikuti KMB di Den Haag, Belanda. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Drs. Moh Hatta dan delegasi BFO dipimpin Sultan Hamid II dari Pontianak. Delegasi Belanda dipimpin oleh Mr. Van Maarseveen. Delegasi PBB melalui UNCI dipimpin Chritchley yang bertugas sebagai pengawas.
Hasil KMB adalah : ”Menyerahkan kedaulatan Republik Indonesia pada akhir Desember 1949. Masalah irian Barat akan diselesaikan setahun kemudian”
Sebagai tindak lanjut KMB, maka dilakukan pennadatanganan pengakuan kedaulatan RIS yang dilakukan di 2 tempat pada waktu bersamaan. Yaitu:
di Den Haag (Belanda) tanggal 27 Desember 1949 dilakukan di Istana kerajaan Belanda. Ditandatangani oleh pihak Belanda Ratu Juliana, Perdana Mentri Dr. Willem Drees, dan Menteri seberang Lautan Mr. A.M.J.Asassen dan pihak Indonesia oleh Drs. Moh. Hatta
Upacara pengakuan kedaulatan dilakukan di Jakarta tanggal 27 Desember 1949. pihak Indonesia diwakili Sri Sultan Hamengku Buwono IX (sembilan) dan pihak Belanda diwakili A.H.J Lovink.

Tokoh-tokoh yang Berperan dalam Mempertahankan Kemerdekaan
ir.Soekarno
Drs. Moh Hatta
Sri Sultan Hamengku Buwono IX à mengizinkan serangan umum I Maret 1949
Panglima Besar Jendral Soedirman à memimpin perang Gerilya (perang sembunyi-sembunyi)
Bung Tomo

Agresi Militer Belanda II

PBB ikut membantu menyelesaikan masalah antara Indonesia dengan Belanda dengan membentuk Komisi Tiga Negara (KTN) yang terdiri dari merika Serikat (Frank B. Graham), Paul Van Zeeland (Belgia), dan Richard C. Kirby (Australia). KTN mengusulkan agar Indonesia mengadakan Perundingan Renvile yang diadakan di Geladak kapal Angkatan laut Amerika Serikat USS Renvile yang sedang berlabuh di Teluk Jakarta. Hasil perundingan tersebut ditandatangani tanggal 17 Januari 1948. Ternyata akibat perjanjian ini membuat wilayah Indonesia semakin sempit, perekonomian Indonesia juga semakin dipersulit oleh Belanda.
Langkah yang diambil Indonesia untuk memperbaiki keadaan adalah:
1. pasukan Siliwangi sebanyak 35.000 tentara melakukan hijrah dari jawa barat ke jawa tengah
2. Mengerahkan tentara untuk menghadapi pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) di Madiun yang dipimpin oleh Muso dan Amir Syarifuddin
Ternyata terdapat kesalahan penafsiran isi perjanjian Renvile antara Indonesia dan Belanda, yaitu:
1. perbedaan penafsiran garis van mook yaitu garis batas antara wilayah Indonesia dan wilayah pendudukan Belanda.
2. perbedaan penafsiran mengenai pemerintahan sementara Republik Indonesia Serikat
Tanggal 13 Dseember 1948, Drs Moh. Hatta meminta agar KTN mengadakan perundingan kembali, namun dengan sombong Belanda menolak ada perundingan lagi, ini disampaikan oleh perwakilan Belanda yaitu Dr. Beel tanggal 18 Desember 1948 pukul 23.30 WIB. Belanda mengkhianati isi perjanjian renvile. Pihak Indonesia tidak dapat mengabarkan hal ini ke Yogyakarta karena saluran telepon diputus oleh Belanda.
Pada 19 Agustus 1948 pukul 06.00 Wib terjadi Agresi Militer Belanda II. Belanda menyerang Yogyakarta dan sekitarnya melalui Udara. Lapangan terbang Maguwo dikuasai Belanda. Presiden, wakil presiden dan pejabat Indonesia diculik Belanda dan dibuang ke Bangka-Belitung. Namun pihak Indonesia menghadapi Agresi dengan tenang. Pada hari itu juga, Indonesia mengadakan sidang kabinet dengan hasil:
1. Mentri kemakmuran, Mr. Syarifudin Prawiranegara yang berada di Sumatra untuk membentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI)
2. Jika Syarifudin tidak berhasil membentuk PDRI, maka MR.A.A Maramis yang sedang berada di India, membentuk PDRI di India
3. Presiden dan wakilnya tetap di ibu kota untuk selalu dekat dengan KTN
4. Jika Belanda menyerang maka pemerintah menyingkir ke luar kota dan memimpin gerilya
Cara kedua, secara militer pemerintahan Indonesia mengambil langkah-langkah:
1. 22 Desember 1948 Kolonel AH Nasution, panglima tentara jawa mengumumkan berdirinya pemerintahan militer jawa
2. persiapan konsep baru di bidang militer sehingga Tentara Nasional Indonesia (TNI) leluasa menyerang Belanda, konsep baru tersebut adalah:
a. TNI menguasai Yogya yang sebelumnya dikosongkan untuk kemudian TNI bergerilya
b. Pasukan siliwangi kembali ke Jawa Barat
c. Brigade X (sepuluh) yang dipimpin Letnan Kolonel Slamet Riyadi dapat menguasai Kota Surakarta (Jawa Tengah) pada Agustus 1949
Di bidang Politik, negara boneka buatan Belanda menolak Agresi Militer Belanda. Berkat tekanan dari berbagai pihak seperti Indonesia, Amerika, dan PBB akhirnya Belanda menghentikan Agresinya.

Agresi Militer Belanda 1 (buat anak SD)

Terjadi karena perbadaan penafsiran perjanjian Linggajati yang dilakukan di Linggajati, Cirebon, Jawa Barat. Delegasi Indonesia dipimpin perdana mentri Sutan Sjahrir dengan anggota Mr.Moh.Roem, Mr. Sutanto, dr. A.K Gani, dan beberapa anggota yaitu dr. Sudarsono, Mr. Amir Syarifudin, dan dr. Leimena.
Delegasi Belanda dipimpin Prof. Schermerhorn dengan anggota Max Van Roll, F.de Boer, dan H.J Van Mook.
Perjanjian Linggajati dilakukan tanggal 10 November 1946. hasil perjanjian disetujui 2 pihak dan diumumkan tanggal 15 November 1946, isi perjanjian adalah:
Belanda mengakui kekuasaan Republik Indonesia atas Pulau Jawa, Madura, dan Sumatra.
Pemerintah Indonesia dan belanda sepakat membentuk Republik Indonesia Serikat (RIS). Salah satu bagiannya adalah Republik Indonesia
RIS dan Belanda akan membentuk Uni Indonesia – Belanda.
perjanjian ini disepakati kedua belah pihak, hanya saja terjadi salah penafsiran, yaitu:
pihak Indonesia mengakui kedaulatan Beland pada masa peralihan, tetapi menolak untun menjaga pertahanan negara bersama-sama
belanda menganggap Indonesia adalah negara persemakmuran dan berbentuk federasi. Belanda menuntut pelaksanaan penjagaan dan pertahanan negara dilakukan bersama-sama.
Pada tanggal 27 Mei 1947, Belanda mengirim catatan yang harus dijawab pihak Indonesia dalam waktu 14 hari. Isi catatan adalah sebagai berikut:
membentuk pemerintahan sementara secara bersama
menentukan garis demiliterisasi
melaksanakan keamanan dan ketertiban secara bersama, termasuk daerah-daerah Republik Indonesia yang memerlukan bantuan Belanda
melaksanakan pengawasan kegiatan export – import secara bersama.
Sikap Indonesia tegas. Menolak catatan Belanda tersebut. Pada 15 Juli 1945 Belanda memebri catatan kedua yang harus dijawab Indonesia dalam 32 jam. Isi nya antara lain Belanda masih menuntut pelaksanaan keamanan dan ketertiban secara bersama. Sikap Indonesia tetap tegas dan menolak catatan kedua tersebut.
Pada tanggal 21 Juli 1947 Belanda melakukan agresi militer 1. belanda melakukan penyerangan ke Pulau jawa dengan tentara yang dilengkapi persenjataan Modern. Indonesia menerapkan perang Gerilya (sembunyi-sembunyi). Akhirnya Belanda berhasil menguasai Kota, dan Indoensia menguasai di luar Kota.
Agresi Militer ini mendapat kecaman internasional. India dan Australia mengusulkan agar masalah ini diselesaikan Dewan Keamanan PBB. Akhirnya 1 Agustus 1947 Dewan Kemanan PBB menyerukan agar pertikaian baku tembak dihentikan. Dala sidang di Dewan Keamanan PBB Indonesia mengutus Sutan Sjahrir dan H. Agus Salim. Pada tanggal 4 Agustus 1947 Indonesia dan Belanda menghentikna baku tembak. Pada tanggal tersebut pula Agresi Militer Belanda terhadap Indoensia berakhir.